Sabtu, 07 September 2019

Tentang Pekerjaan

Saya melihat sebagian besar dari kita memiliki pola pikir yang merupakan hasil pola pikir orang tua. Aku gak tau kalian setuju atau enggak. Tapi aku melihat dan mengamatinya, demikianlah yang terjadi.

Termasuk dengan doktrin mau jadi apa kita kelak. Cita-cita kita apa, tak lepas dari peran pemikiran dan didikan orang tua.

Sebagai generasi 90an, saya memiliki orang tua yang masih mendoktrin anaknya untuk menjadi seorang PNS. Kalian juga? 

Ya, saya melihat banyak sekali orang tua di Indonesia yang menginginkan anaknya untuk menjadi pegawai negeri. Kenapa? Iya, dalam benak para orang tua ketika seseorang menjadi pegawai negeri maka dia akan memiliki masa depan yang terjamin sampai hari tua, ada tunjangan pensiun dan ini itu lah. Sehingga banyak orang yang sekolah untuk dapat bekerja. Bukan sekolah sesuai dengan apa yang dia sukai dan akan menjadi pekerjaan nya. 

Dengan adanya doktrin dari orang tua seperti itu, ada anak yang memang menjadi ikut terdoktrin, namun ada juga yang memiliki prinsip sendiri dengan pemikiran kekiniannya. 

Memilih jalan sesuai dengan keinginannya, bukan keinginan orang lain. Lalu, kamu bagaimana? Apakah kau menjalankan hidupmu dengan keinginan mu atau keinginan orang lain?

Kalian sendiri yang menentukan.

.
Bye everyone

Minggu, 01 September 2019

Tentang Perjuangan

Kita lanjut ya..

Ini lanjutan dari chapter sebelumnya "Tentang pilihan"

Jadi, di chapter ini cuma sekedar pengen cerita pengalaman aja sih, tentang perjalanan hidup saya.
Semoga bisa menginspirasi atau petik hikmahnya yah.

Saya lupa, apa di blog ini saya pernah nulis kisah masa kecil saya apa belum. Kalau belum, mungkin nanti InsyaAllah kapan-kapan bisa saya share. Siapa tau menginspirasi.

Sebelumnya kan di chapter "tentang pilihan" saya bahas kenapa saya memilih untuk bekerja selepas kuliah dibanding dengan melanjutkan kuliah ke jenjang berikutnya.

Nah kali ini, saya mau sedikiiit share jaman kuliah saya dulu. Karena kebetulan hari ini, ibu ingetin masa-masa itu.

Saya kuliah di Lombok, bukan di pulau Jawa di universitas terkemuka.
Saya inget banget dulu salah seorang teman SMA saya tanya dan bilang "Kamu mau kuliah dimana?. "Kuliah disini aja" jawab saya. "Apa yang kamu mau dapat kuliah disini?" Ujarnya. Saya tau dia paham akan kemampuan saya dan menginginkan saya bisa berkembang lebih.
Kalau kalian udah baca chapter sebelumnya pasti kalian akan tau alasannya kenapa. Kenapa hayo? Ya, lagi-lagi saya tidak ingin membebani orang tua saya. Padahal saat itu, saya yakin banget ibu bapak saya mampu banget dan mau membiayai saya untuk keluar (kuliah). Karena Alhamdulillah ibu bapak saya dua-duanya berpenghasilan.

Back to the topic.
Masa-masa kuliah, saya merasakan diri saya tidak lebih berkembang dari saat saya SMP dan SMA dulu. Saya merasa sedikit malas karena mungkin saat itu tidak terlalu banyak saingan di kelas (bukan merendahkan ya). Tapi dengan semakin banyaknya saingan di kelas membuat kita makin terpacu untuk belajar lebih. Saya mengalaminya. Yang paling terasa sih waktu SMP, karena saingannya beuuh gak main-main, pada pinter-pinter semua. Anak orang kaya yang di kursusin ini itu segala macem, salah satu the most favorite sekolah memang.

Iya, saya lebih memilih untuk kuliah di Lombok aja, tidak sekolah ke luar daerah.

Dengan latar belakang orang tua yang berpenghasilan (cukup lah buat sehari-hari), saya tidak ragu untuk diberikan penghidupan yang baik.

Tapi waktu kuliah dulu, saya gak malu untuk jualan di kelas loh. Jual apa?
Mulai dari jualan gantungan kunci dari flanel, sampai jual jajanan.
Jual roti beli seribuan, jual seribu lima ratus 😅. Jual kue bawang (yang beli kiloan di temannya ibu, trus di bungkus kecil-kecil seribuan). Hahay, paling untung sih, skala ribuan. Tapi itu menempa mental saya, untuk menjadi seorang pejuang dan pribadi yang tidak cengeng dan berpangku tangan. Kalian ada yang pernah sampe kayak gini juga? 😄

Malu? Enggak dong
Ngapain malu, malu kalo ujian nyontek 😁

Itulah salah satu perjuangan yang saya lakukan. Semoga menginspirasi kalian ya.

See ya... Udah malem jam setengah 12 nih
Tidurlah, besok Senin lagi dan mulai beraktivitas lagi

Semoga mimpi indah
Saya doakan kalian semua bahagia 😘🥰

Tentang Pilihan

Hey hey

Aduuh udah lama banget gak nulis lagi.
Sebenarnya karena males nulis aja sih, bukan karena gak ada bahan. Mau nulis tentang perjalanan juga ada beberapa bahan yang bisa ditulis. Perjalanan ke beberapa kota yang udah dijalanin.
Tapi, ya itu. Belum ada mood. 😅

Jadi, gini.
Sekitar seminggu yang lalu, datang ke acara akad pernikahan teman. Dan disana ketemu dengan 2 dosen saat  yang kuliah dulu.  Dosen yang baik hati dan tidak sombong. Seneng banget bisa ketemu. Mereka masih awet muda semua, dan masih kenal saya. Alhamdulillah ya, dikenal 😂. Kesan pertama beliau-beliau, they said "kamu kok makin kurus?" 😅
Yap, dibilang kurus cuy.
Emang iya sih, badan ini emang lebih kurus kali ya, apa karena makin tinggi? Makin tinggi pikiran alias udah mulai stress. Terus, selain dibilang kurusan, gaya saya yang rada tomboy juga masih mereka ingat. "Udah pake rok, duduknya yang anggun dong" Hahay

Biasa kalau ketemu salaman, cupika cupiki.
Aku yang datang belakangan, dan belum makan, akhirnya ambil makan dulu, sambil nunggu acara akadnya mulai.

Fyi, yang nikah adalah sahabat di bangku kuliah. Jadi, dosen ada yang hadir, karena kebetulan sahabat saya ini kerja masih di lingkungan kampus juga. Jadi gitu dah.

Abis makan, mulai lah ngobrol santai.
And salah satu dosen tanya "sekarang kerja dimana?". "Di salah satu perusahaan ******** bu" kata saya menjawab. "Kamu kan dulu masih top 3 dikelas, kenapa gak lanjut (kuliah)?"
Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa beliau-beliau tau kemampuan saya, saya sebenarnya pasti bisa, dan mungkin bisa mengikuti jejak mereka menjadi seorang dosen. Dan juga bisa mengikuti langkah teman-teman kuliah saya (yang mungkin dulu di bawah saya), tapi mereka bisa dapat beasiswa ke luar negeri.
Disitu saya diam. Rasanya campur aduk dengan pertanyaan dan pernyataan itu.

Pertanyaan yang membuat saya berpikir, iya ya kenapa dulu saya lebih memilih bekerja daripada melanjutkan studi. Tapi di sisi lain, hati saya berkata bahwa saya mau memilih jalan yang tak biasa dari jalurnya.

Jadi, jawaban saya sebenarnya adalah, gini.
Agak panjang 😄. (Akan ada lanjutan alasan nya juga di chapter selanjutnya yah).

Dari kecil, saya terbiasa untuk tidak membebani orang tua dengan meminta uang, atau meminta di kursusin, minta ini itu dsb. Saya sekolah juga jarang minta uang untuk beli buku atau buat jajan, apalagi untuk beli baju atau untuk main-main. Saat kuliah juga saya mendapatkan beasiswa dan Alhamdulillah tidak terlalu membebani orang tua.
Saat jaman-jaman remaja itu, kalian bisa lihat penampilan saya yang memang mungkin bajunya itu-itu aja, gak menarik atau apalah. Bukan karena ibu bapak saya gak mampu, tapi karena saya memang tidak mau dibelikan dan tidak meminta dibelikan ini itu.

Ya, karena sudah terbiasa untuk tidak membebani orang tua, saat selesai kuliah saya berpikir bahwa jika saya ingin melanjutkan kuliah, dan mungkin mengejar beasiswa luar negeri, saya mesti kursus bahasa Inggris di luar biar bisa cepat pintar (misalnya ke Pare). Dan dengan mengambil pilihan itu, pasti akan membutuhkan uang yang tidak sedikit.
Dan itu menjadi alasan saya untuk tidak memilih melanjutkan studi.

Tak hanya sekali dua kali orang berkata seperti itu kepada saya, kenapa gak lanjut kuliah, padahal kamu anak yang cukup pandai di kelas, bla bla bla.
Saya tegaskan, bukan karena saya tidak mampu untuk mengejarnya, tapi saya punya pilihan dan jalan sendiri.

Setiap orang pasti memiliki reason atas apa yang dia lakukan. Termasuk masalah perjalanan dan hidup. Setiap orang memiliki prinsip dan alasan masing-masing.
Tidak ada hidup orang yang salah ketika dia mengambil jalur yang berbeda dari beberapa jalur yang telah ia lewati, selama jalurnya masih pada koridor menuju ke kehidupan yang baik dunia akhirat.

Terimakasih untuk orang-orang yang percaya dengan kemampuan saya, orang-orang yang tidak meragukan saya. Karena saya tau kalian semua menginginkan yang terbaik buat saya.
Tapi saya punya alasan, punya prinsip, dan saya punya pilihan.
Doakan menjadi pilihan yang terbaik, dan bisa bersama-sama bertemu nanti di tujuan akhir.

Love you all.. 😘


Tentang Pekerjaan

Saya melihat sebagian besar dari kita memiliki pola pikir yang merupakan hasil pola pikir orang tua. Aku gak tau kalian setuju atau enggak. ...