Hey hey
Aduuh udah lama banget gak nulis lagi.
Sebenarnya karena males nulis aja sih, bukan karena gak ada bahan. Mau nulis tentang perjalanan juga ada beberapa bahan yang bisa ditulis. Perjalanan ke beberapa kota yang udah dijalanin.
Tapi, ya itu. Belum ada mood. 😅
Jadi, gini.
Sekitar seminggu yang lalu, datang ke acara akad pernikahan teman. Dan disana ketemu dengan 2 dosen saat yang kuliah dulu. Dosen yang baik hati dan tidak sombong. Seneng banget bisa ketemu. Mereka masih awet muda semua, dan masih kenal saya. Alhamdulillah ya, dikenal 😂. Kesan pertama beliau-beliau, they said "kamu kok makin kurus?" 😅
Yap, dibilang kurus cuy.
Emang iya sih, badan ini emang lebih kurus kali ya, apa karena makin tinggi? Makin tinggi pikiran alias udah mulai stress. Terus, selain dibilang kurusan, gaya saya yang rada tomboy juga masih mereka ingat. "Udah pake rok, duduknya yang anggun dong" Hahay
Biasa kalau ketemu salaman, cupika cupiki.
Aku yang datang belakangan, dan belum makan, akhirnya ambil makan dulu, sambil nunggu acara akadnya mulai.
Fyi, yang nikah adalah sahabat di bangku kuliah. Jadi, dosen ada yang hadir, karena kebetulan sahabat saya ini kerja masih di lingkungan kampus juga. Jadi gitu dah.
Abis makan, mulai lah ngobrol santai.
And salah satu dosen tanya "sekarang kerja dimana?". "Di salah satu perusahaan ******** bu" kata saya menjawab. "Kamu kan dulu masih top 3 dikelas, kenapa gak lanjut (kuliah)?"
Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa beliau-beliau tau kemampuan saya, saya sebenarnya pasti bisa, dan mungkin bisa mengikuti jejak mereka menjadi seorang dosen. Dan juga bisa mengikuti langkah teman-teman kuliah saya (yang mungkin dulu di bawah saya), tapi mereka bisa dapat beasiswa ke luar negeri.
Disitu saya diam. Rasanya campur aduk dengan pertanyaan dan pernyataan itu.
Pertanyaan yang membuat saya berpikir, iya ya kenapa dulu saya lebih memilih bekerja daripada melanjutkan studi. Tapi di sisi lain, hati saya berkata bahwa saya mau memilih jalan yang tak biasa dari jalurnya.
Jadi, jawaban saya sebenarnya adalah, gini.
Agak panjang 😄. (Akan ada lanjutan alasan nya juga di chapter selanjutnya yah).
Dari kecil, saya terbiasa untuk tidak membebani orang tua dengan meminta uang, atau meminta di kursusin, minta ini itu dsb. Saya sekolah juga jarang minta uang untuk beli buku atau buat jajan, apalagi untuk beli baju atau untuk main-main. Saat kuliah juga saya mendapatkan beasiswa dan Alhamdulillah tidak terlalu membebani orang tua.
Saat jaman-jaman remaja itu, kalian bisa lihat penampilan saya yang memang mungkin bajunya itu-itu aja, gak menarik atau apalah. Bukan karena ibu bapak saya gak mampu, tapi karena saya memang tidak mau dibelikan dan tidak meminta dibelikan ini itu.
Ya, karena sudah terbiasa untuk tidak membebani orang tua, saat selesai kuliah saya berpikir bahwa jika saya ingin melanjutkan kuliah, dan mungkin mengejar beasiswa luar negeri, saya mesti kursus bahasa Inggris di luar biar bisa cepat pintar (misalnya ke Pare). Dan dengan mengambil pilihan itu, pasti akan membutuhkan uang yang tidak sedikit.
Dan itu menjadi alasan saya untuk tidak memilih melanjutkan studi.
Tak hanya sekali dua kali orang berkata seperti itu kepada saya, kenapa gak lanjut kuliah, padahal kamu anak yang cukup pandai di kelas, bla bla bla.
Saya tegaskan, bukan karena saya tidak mampu untuk mengejarnya, tapi saya punya pilihan dan jalan sendiri.
Setiap orang pasti memiliki reason atas apa yang dia lakukan. Termasuk masalah perjalanan dan hidup. Setiap orang memiliki prinsip dan alasan masing-masing.
Tidak ada hidup orang yang salah ketika dia mengambil jalur yang berbeda dari beberapa jalur yang telah ia lewati, selama jalurnya masih pada koridor menuju ke kehidupan yang baik dunia akhirat.
Terimakasih untuk orang-orang yang percaya dengan kemampuan saya, orang-orang yang tidak meragukan saya. Karena saya tau kalian semua menginginkan yang terbaik buat saya.
Tapi saya punya alasan, punya prinsip, dan saya punya pilihan.
Doakan menjadi pilihan yang terbaik, dan bisa bersama-sama bertemu nanti di tujuan akhir.
Love you all.. 😘